BEIRUT-SBN.
Lebanon menghadapi gelombang baru virus Corona (Covid-19) setelah mencatat ratusan kasus infeksi baru. Pada Sabtu (25/6/2022), Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon mendesak warga untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19 sesegera mungkin.
Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan peringatan itu dikeluarkan oleh kementerian setelah Komite Eksekutif Vaksin mengadakan pertemuan darurat mengenai perkembangan epidemiologi terbaru.
"Kami menghadapi gelombang baru virus corona, yang diperkirakan akan lebih menular dan paling cepat menyebar, menurut angka infeksi di Lebanon dan di seluruh dunia, yang mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan," kata pernyataan itu.
Kementerian menekankan kebutuhan warga untuk menerima vaksin Covid-19 sesegera mungkin, terutama karena persentase orang yang divaksinasi masih rendah dan tidak melebihi 45 persen di Lebanon.
"Vaksin dapat diambil secara gratis, terlepas dari dosisnya (yang pertama, kedua, ketiga, atau keempat), di salah satu pusat vaksinasi yang didistribusikan ke seluruh wilayah Lebanon tanpa janji terlebih dahulu," tambah pernyataan itu.
Pada Sabtu (25/6/2022), Kementerian mengumumkan pendaftaran 836 infeksi baru, meningkatkan jumlah kumulatif kasus yang dikonfirmasi menjadi 1.107.602. Sementara dua kematian dicatat selama 24 jam terakhir, sehingga jumlah total kematian menjadi 10.458.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Januari 2022, konten anti-vaksin merajalela di saluran media sosial Lebanon dari berbagai argumen. Satu kelompok Lebanon di media sosial bernama "Conscious Warriors For Truth" membagikan pamflet di protes. Kelompok itu mengklaim virus tidak dapat ditularkan melalui pasien tanpa gejala, statistik Covid-19 dilebih-lebihkan, dan vaksin tidak aman dan tidak efektif.
Sementara itu, di grup WhatsApp, seorang imam mengirimkan rekaman audio yang menyerukan jemaah untuk menghadiri protes terhadap peraturan vaksin baru.
“Jika kita tidak mengambil tindakan maka Tuhan kita akan meminta pertanggungjawaban kita, karena kita tidak mengambil sikap dengan keadilan,” katanya. (aljazeera)