JAKARTA-SBN.
Media asing memberitakan langkah Presiden RI ke-7 Ir. H. Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi mengagendakan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Oleksandrovych Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladímir Vladímirovich Pútin.
Pertemuan tersebut direncanakan pada 30 Juni 2022 mendatang.
Pertemuan tersebut sekaligus dalam kesempatan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G7 di Munich, Jerman.
Reuters melaporkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mendesak Rusia dan Ukraina untuk membuka ruang dialog dalam rangka membangun perdamaian dan meminta Presiden Rusia Vladímir Vladímirovich Pútin untuk memerintahkan gencatan senjata segera.
"Dan juga yang berkaitan dengan rantai pasok pangan, harus diaktifkan lagi," jelasnya.
Di samping Reuters, media lain yang memberitakan rencana pertemuan Jokowi dengan pemimpin negara Ukraina dan Rusia itu di antaranya yakni Aljazeera, CNA, dan France 24.
Presiden Jokowi juga mengatakan akan mendorong negara-negara G7 untuk mencari perdamaian di Ukraina setelah serangan Rusia, dan menemukan solusi segera untuk krisis pangan dan energi global.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri RI Dra. Retno Lestari Priansari Marsudi, LL.M. mengatakan Jokowi ingin berkontribusi di tengah masalah yang sangat rumit akibat perang Rusia dan Ukraina.
Dra. Retno Lestari Priansari Marsudi, LL.M. menyebut Jokowi menjadi pimpinan negara di Asia pertama yang melakukan kunjungan ke Rusia dan Ukraina.
"Dunia juga paham mengenai kompleksitas masalah yang ada. Meskipun situasinya sulit dan masalahnya kompleks, sebagai Presiden G20 dan salah satu anggota Champion Group dari Global Crisis Response Group yang dibentuk Sekjen PBB, Presiden Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, tidak memilih untuk diam. Presiden Jokowi merupakan pemimpin Asia pertama yang akan melakukan kunjungan ke kedua negara tersebut," jelasnya.
Kunjungan Jokowi itu, tambah dia, menunjukkan kepedulian terhadap isu kemanusiaan. Dra. Retno Lestari Priansari Marsudi, LL.M. menekankan bahwa Indonesia selalu mendorong spirit perdamaian.
"Mencoba memberikan kontribusi untuk menangani krisis pangan yang diakibatkan karena perang dan dampaknya dirasakan oleh semua negara terutama negara berkembang dan berpendapatan rendah, dan terus mendorong spirit perdamaian," pungkasnya. (rtr/cnbc)