Kasih yang Tidak Pernah Sirna

Total Views : 147
Zoom In Zoom Out Read Later Print

Kasih yang Tidak Pernah Sirna

Tema: “Kasih yang Tidak Pernah Sirna”

Perjalanan hidup yang pahit sering sekali membuat orang hilang pengharapan. Tidak jarang orang ketika menghadapi kesusahan atau pergumulan yang berat membuat orang hilang pengharapan dan bahkan meragukan kasih Allah. Penderitaan dan kesusahan sering sekali membuat orang bertanya tentang kasih kasih-Nya dan bertanya mengapa Allah mengizinkan setiap pergumulan atau kesusahan itu terjadi?   sSebagaimana raja Daud dalam kitab Mamur 13:2-3a yang menyuarakan isi hatinya, hal yang meresahkan hatinya. Dia menuliskan: Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kau sembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lagi aku harus menaruh kekhawatiran dalam diriku? Karena memang berada dalam kondisi hati yang meresahkan dan memilukan hati. Disaat seperti itu juga lah terkadang kita merasa bahwa Tuhan itu seakan-akan menjauh dari kita, mungkin kita akan meragukan kasih-Nya.

 

Bangsa Isreal pada masa pembuangan memiliki pengalaman yang memilukan hati mereka. Ketika berada di dalam pembuangan diperhadapkan dengan berbagai macam kesulitan, pergumulan dan tantangan, maka pada akhirnya mereka merasa bahwa mereka sedang diabaikan oleh Tuhan, tidak dipedulikan oleh Tuhan. kita mengetahui bahwa mereka berada di dalam pembuangan, karena pemberontakan dan kekerasan hati mereka. Maka, di dalam pembuangan “ Sion berkata: Tuhan telah meninggalkan aku, dan Tuhan telah melupakan aku”.

 Latar belakang Yesaya 49: 14 dimana orang Yehuda atau Sion mengatakan  bahwa Tuhan telah melupakan, Tuhan telah meninggalkan karena mereka berada berada dalam pembuangan di Babel, kota Yerusalem dan  tembok-temboknya dihancurkan oleh Babel pada zaman Zedekia. Karena keadaan itulah umat merasa bahwa Tuhan melupakan dan meninggalkan mereka. Tetapi, apakah Tuhan benar-benar melupakan dan meninggalkan umat-Nya? Tentu tidak. Sebagaimana dituliskan dalam ayat 15: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya? Ini merupakan pertanyaan retorika. Tidak mungkin seorang perempuan atau seorang ibu melupakan anak yang dilahirkan. pada dasarnya seorang ibu adalah seorang yang mengasihi anaknya dengan sepenuh hati. Tetapi seandainya pun ada seorang ibu yang melupakan anaknya, Tuhan tidaklah demikian.

Tuhan tidak pernah mengabaikan atau melupakan umat-Nya. Maka, ditegaskan kembali di ayat yang 16: “Lihat, Aku melukiskan engkau di telapak tangan-Ku, tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. Tuhan mengingatkan bahwa Tuhan tidak pernah melupakan dan meninggalkan umat-Nya. Kasih-Nya tidak akan pernah sirna, sekalipun umat terus-menerus melakukan doa. Dalam setiap kondisi apapun, Tuhan akan tetap peduli karena umat ada di hati Allah.

 

 

 

 

 

 

See More

Latest Photos