Kasih yang Tidak Pernah Sirna
Kasih yang Tidak Pernah Sirna





Tema: “Kasih yang Tidak Pernah Sirna”
Perjalanan
hidup yang pahit sering sekali membuat orang hilang pengharapan. Tidak jarang
orang ketika menghadapi kesusahan atau pergumulan yang berat membuat orang
hilang pengharapan dan bahkan meragukan kasih Allah. Penderitaan dan kesusahan
sering sekali membuat orang bertanya tentang kasih kasih-Nya dan bertanya
mengapa Allah mengizinkan setiap pergumulan atau kesusahan itu terjadi? sSebagaimana raja Daud dalam kitab Mamur 13:2-3a yang
menyuarakan isi hatinya, hal yang meresahkan hatinya. Dia menuliskan: Berapa
lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kau
sembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lagi aku harus menaruh kekhawatiran
dalam diriku? Karena memang berada dalam kondisi hati yang meresahkan dan
memilukan hati. Disaat seperti itu juga lah terkadang kita merasa bahwa Tuhan
itu seakan-akan menjauh dari kita, mungkin kita akan meragukan kasih-Nya.
Bangsa Isreal pada masa pembuangan memiliki
pengalaman yang memilukan hati mereka. Ketika berada di dalam pembuangan
diperhadapkan dengan berbagai macam kesulitan, pergumulan dan tantangan, maka
pada akhirnya mereka merasa bahwa mereka sedang diabaikan oleh Tuhan, tidak
dipedulikan oleh Tuhan. kita mengetahui bahwa mereka berada di dalam
pembuangan, karena pemberontakan dan kekerasan hati mereka. Maka, di dalam
pembuangan “ Sion berkata: Tuhan telah meninggalkan aku, dan Tuhan telah
melupakan aku”.
Latar belakang Yesaya
49: 14 dimana orang Yehuda atau Sion mengatakan bahwa Tuhan telah
melupakan, Tuhan telah meninggalkan karena mereka berada berada dalam
pembuangan di Babel, kota Yerusalem dan
tembok-temboknya dihancurkan oleh Babel pada zaman Zedekia. Karena
keadaan itulah umat merasa bahwa Tuhan melupakan dan meninggalkan mereka. Tetapi, apakah Tuhan benar-benar melupakan dan meninggalkan
umat-Nya? Tentu tidak. Sebagaimana dituliskan dalam ayat 15: “Dapatkah seorang
perempuan melupakan bayinya? Ini merupakan pertanyaan retorika. Tidak mungkin
seorang perempuan atau seorang ibu melupakan anak yang dilahirkan. pada
dasarnya seorang ibu adalah seorang yang mengasihi anaknya dengan sepenuh hati.
Tetapi seandainya pun ada seorang ibu yang melupakan anaknya, Tuhan tidaklah
demikian.
Tuhan tidak pernah mengabaikan atau melupakan
umat-Nya. Maka, ditegaskan kembali di ayat yang 16: “Lihat, Aku melukiskan
engkau di telapak tangan-Ku, tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. Tuhan
mengingatkan bahwa Tuhan tidak pernah melupakan dan meninggalkan umat-Nya.
Kasih-Nya tidak akan pernah sirna, sekalipun umat terus-menerus melakukan doa. Dalam
setiap kondisi apapun, Tuhan akan tetap peduli karena umat ada di hati Allah.