Adakah Ciri-Ciri Mutlak Kepemimpinan Sejati?

Total Views : 93
Zoom In Zoom Out Read Later Print

Akhir-akhir ini banyak berita tentang sosok Pemimpin Bangsa, atau Calon Presiden yang menjadi harapan masyarakat dan bangsa. Semua orang memiliki kriteria dan pandangan yang menjadi keyakinan serta pertimbangannya. Mulai dari kaum awam dimasyarakat hingga kalangan terdidik di berbagai lapisan masyarakat mempunyai pendapat dan persyaratan masing-masing. Sedangkan di dalam perpolitikan di Indonesia ada acuan dasar yang menjadi acuan utama seorang pemimpin bangsa. Antara lain adalah pemimpin yang dapat mempersatukan dan membangun kesejahteraan rakyat Indonesia yang beragam suku dan agamanya. Adakah kriteria mutlak yang dapat menjadi panduannya?

Sejarah kepemimipinan masyarakat dan bangsa didunia ini memiliki catatan pengalaman aktual dalam konteks yang unik dan beragam. Sejak jaman tradisional hingga ultra modern telah muncul sosok pemimpin dengan berbagai ciri dan karakteristik yang berbeda-beda.  Lahirlah teori dan pola kepemimpinan yang diselidiki dan dikaji secara mendalam dengan mengikuti kaidah ilmu pengetahuan.  Oleh karena itu masyarakat modern semakin 'obyektif' dalam mempertimbangkan dan memilih pemimpinnya.

Ada narasi kuno walaupun tidak setua umur bumi ini yang juga menginspirasi konsep kepemimpinan. Inti kepemimpinan sejati dilustrasikan sebagai Gembala Yang Baik karena konteks masyarakat saat itu hidup terbiasa dengan kehidupan peternakan domba. Konsep ini sederhana dan mudah dicerna oleh warga dijamannya. Pada tulisan injil Yonanes 10:11-13  " Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu. 

Penjelasan aktual dan sederhana tentang kepemimpinan pada narasi tersebut adalah juga sebuah testimoni diri. Jadi bukan sekedar sebuah konsep kepemimpinan ideal tetapi merupakan model nyata yang dihidupi seorang pemimpin non formal (tanpa jabatan resmi) yaitu Yesus dari Nazaret. 

Sekali lagi ini bukan bicara tentang Kekristenan karena kebenaran universal ini adalah untuk dunia.  Bagaimana dunia ini perlu diperbaiki dan dipelihara oleh kepemimpinan ideal.  Seperti Gembala yang merawat dan memperhatikan domba bukan sebagai upahan yang bekerja demi upah.  Lebih mencari kepentingan dan kenyamanan diri. 

Ada dua mentalitas yang dijabarkan dalam ilustrasi tersebut yaitu mentalitas cinta sejati dan cinta diri.  Yang satu adalah pemimpin yang mau menyerahkan kehidupannya termasuk nyawanya sendiri demi kepentingan rakyat (domba) tetapi yang kedua pemimpin 'oportunist'  (mumpung) karena ada upah atau kepentingan dan keuntungan lalu tidak peduli jika ada bahaya malah menyelamatkan diri sendiri.

Kriteria diatas adalah inti kepemimpinan yang melekat dihati nurani manusia.  Hati nurani yang tulus dan jujur akan mudah memahami konsep sederhana ini. Betapapun hebatnya seseorang mempromosikan dirinya sebagai seorang Pemimpin jika kehidupannya tidak bersesuaian dengan mentalitas cinta sejati maka dengan mudah hati nurani mengeliminirnya.  Pemimpin sejati suaranya hanya bisa terdengar oleh rakyat (domba) yaitu nurani masyarakat. 

  


See More

Latest Photos