Akhir-akhir ini pemberitaan media mengenai kehidupan hedonis pejabat pajak menjadi topik hangat. Hidup berkelimpahan harta dengan gaya hidupnya disoroti media hingga berefek pada kecurigaan massa terhadap pengelolaan pajak yang dibayarkan masyarakat. Selain itu berita yang awalnya melaporkan kasus penganiayaan berat oleh anak pejabat pajak, sudah semakin berkembang kepada dugaan konspirasi. Terendus suatu manipulasi dana triliunan pada transaksi bank yang melibatkan lembaga terkait Pajak. Mengapa selalu terjadi reaksi marah atau sedih ditengah masyarakat pada setiap kejadian yang merugikan orang lain?
Pegawai Pajak Yang Berputar Haluan - Sebuah Refleksi Situasional





Trauma sejarah bangsa atau pengalaman pahit dengan perpajakan seringkali membuat pegawai pajak termasuk keluarganya rentan terhadap gunjingan negatif masyarakat. Ada pula yang melabel atau menstigma mereka sebagai kelompok pemeras dimasa penjajahan. Mereka memanfaatkan otoritasnya menarik pajak masyarakat untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
Kisah terkait pegawai pajak ada juga tercatat pada injil Matius ketika Yesus berinteraksi dengan Zakeus, Kepala Pemungut Cukai. (Lukas 19:1-10). Pada zaman itu Zakheus dibenci masyarakat karena warga negara yang mau bekerja dengan penjajah dipandang sebagai penghianat. Jadi Zakheus menyandang label negatif berganda didalam hidupnya. Sebagai pemeras dan juga penghianat. Oleh karena itu dia terisolir dan dikucilkan masyarakatnya. Bahkan siapapun yang mau berteman dengannya atau kelompoknya dianggap sebagai kelompok pendosa atau amoral.
Namun demikian apapun profesi dan pekerjaan jika merugikan orang lain akan mendapat sanksi publik ketika terbongkar. Ada beberapa kasus serupa yang menyakiti sesamanya mendapat reaksi keras dari masyarakat di Indonesia. Gigi ganti gigi atau mata ganti mata nampak seperti pembalasan setimpal atau semangat keadilan alami manusia kepada mereka yang melakukannya.
Didunia ini ada fakta aneh yang tak terlihat mata atau bersifat non material. Manusia merasakan dan meyakini adanya realita kehidupan yang mengatur perilaku dan norma manusia. Menurut novelis dan pemikir Kristiani C.S Lewis manusia seolah didorong untuk mempraktekkan perilaku jujur atau bermoral tetapi dia tidak dapat melakukannya. Inilah yang disebut sebagai fakta hukum moral atau semacam hukum alami. Yang aneh adalah manusia cenderung melanggar hukum walaupun disatu sisi ada kekuatan mendorong manusia agar beperilaku baik atau bermoral.
Hukum ini menuntut agar manusia memperlakukan sesamanya dengan baik. Tanpa disadari ia telah menjadi pedoman hidup bersama dibumi ini. Misalnya kejujuran diakui secara universal sebagai nilai positif. Setiap manusia dimanapun menghargai perilaku jujur.
Fenomena respon manusia ketika mendengar dan melihat kejahatan atau suatu tindakan jahat a.l kekerasan kepada sesamanya adalah reaksi marah atau sedih terhadap perilaku menyakiti tersebut. Seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap hukum moral atau alami ini seakan mendapatkan konsekuensi sanksi sosial dari lingkungan masyarakatnya. Termasuk juga kasus penyalahgunaan pajak masyarakat yang dipakai untuk kepentingan pribadi. Hal ini dianggap sebagai perilaku yang melukai kepercayaan masyarakat.
Pemberitaan media terhadap kehidupan hedonis pejabat pajak dan keluarganya menimbulkan reaksi keras masyarakat. Memang ada beragam alasan mengapa masyarakat bereaksi seperti itu. Antara lain penyebabnya adalah pengalaman traumatis masyarakat dimasa lalu terhadap perpajakan. Ditambah lagi pengalaman panjang masyarakat yaitu menyaksikan kasus Korupsi yang merajalela dan sudah mengakar kuat ditengah kehidupan bangsa ini. Akibatnya kegeraman masyarakat semakin menumpuk. Dan masih banyak lagi perbuatan lainnya yang juga melukai masyarakat. Reaksi akumulatif muncul begitu luas dan cepat pada pemberitaan media di era informasi.
Kembali kepada narasi perjumpaan Kristus dengan Pejabat Kepala Pemungut Cukai, Zakheus yang juga telah terjadi penghakiman masyarakat. Mereka membenci perilakunya sebagai pelanggar hukum. Pada saat itu hukum Taurat menjadi pedoman moral dimasyarakat Yahudi. Dan mereka mengkategorikannya sebagai kelompok pendosa.
Pada kisah tersebut Zakheus terkesan naif karena dengan postur tubuh pendeknya ia harus memanjat pohon demi melihat sosok Yesus. Seakan dia sedang mengintip seorang selebriti yang diidolakan fansnya. Alih-alih dia sekedar mau tahu seperti apakah Yesus itu (ay. 3). Tidak ada catatan mengapa keingintahuannya begitu kuat mengintai Yesus yang sedang berkunjung ke kota Yerikho. (Lukas 19:1-2).
Singkat cerita Zakheus mendapat perhatian khusus Yesus dan memintanya turun dari Pohon karena Dia hendak menumpang dirumahnya. Tak terbayangkan Zakheus akan permintaanNya untuk singgah ketempat tinggalnya secara mendadak. Berawal dari sekedar ingin melihat Yesus dari kejauhan dia malah mendapat kesempatan menjadi tuan rumah. "Zakheus segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.". (Lukas 19:5). Sebuah kejutan yang tak terkirakan bagi seorang yang telah dikucilkan masyarakatnya. Si pendosa ini mendapat perhatian pribadi dari seseorang yang sudah menggelisahkan dirinya dan iapun berupaya menaiki pohon untuk melihatNya. Bak kanak-kanak yang penasaran menatap figur idamannya. Walaupun konsekuensinya Yesus harus menerima kritikan dan komplain dari sekelompok pemuka Agama terhadap kehadirannya dirumah Zakheus perjumpaannya tetap berlangsung.
Ternyata peristiwa ini merupakan titik balik sejarah kehidupan baru Zakheus. Ditengah gunjingan masyarakat yang negatif dan stigma kuat kepadanya terjadilah suatu pembaharuan radikal didalam hatinya. Suatu perjumpaan jiwa yang haus dengan sumber air hidup didalam Kairos (kesempatan dari sang Illahi). "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay. 9-10)
Zakheuspun menyatakan komitmen baru seolah jiwanya tergugah akan penderitaan orang-orang yang mungkin pernah dimanipulasinya dimasa lalu. Secara terbuka dia berkata: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (ay. 8)
Perubahan haluan kehidupan Zakheus memancar dari kepeduliannya terhadap sesama manusia terlebih kepada orang miskin dan korban perlakuannya dimasa lalu. Ia menjadi orang yang peka pada sesama didalam kelimpahannya. Kesadaran baru dan kerelaan hati menebus kesalahannya diwujudkan dengan memberikan ganti rugi 400 persen kepada setiap tindakan manipulasi yang mungkin pernah dilakukannya.
Inilah kabar baik bagi siapapun yang gelisah dalam kehidupannya bahkan sudah lelah dan ber beban berat ditengah kehidupan hedonisme. Kegelisahan Zakheus dan kepedulian illahi terus mencari serta menyelamatkan yang terhilang berjumpa di waktu tak terduga yaitu waktu Tuhan. Dan waktunya adalah Hari ini. Hari ini undangan perjumpaan denganNya masih terus terbuka: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).