ATHENA-SBN.
Pasar saham dunia jatuh setelah Yunani menutup bank-bank dan terancam gagal bayar utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF). Pada penutupan kemarin Senin (29/6/2015) indeks Dow Jones di Amerika Serikat (AS) turun hampir 350 poin atau 1,9 persen, sedangkan Standard and Poor's 500 (S&P 500) turun 2,1 persen, dan Nasdaq jatuh 2,4 persen. Penurunan nilai saham menghilangkan semua keuntungan saham Dow dan S&P 500 tahun ini.
Saham-saham di Eropa juga menderita kejatuhan terbesar dalam delapan bulan terakhir. Diantaranya, saham blue chip dari perusahaan Eurozone, The Euro Stoxx 50 index, ditutup 4,2 persen lebih rendah setelah jatuh sampai 5 persen saat pembukaan bursa. FTSE 100 index di London juga jatuh 2 persen. Senada dengan itu, Saham DAX Jerman dan CAC Prancis masing-masing jatuh sekitar 3,5 persen. Bursa-bursa utama di Spanyol dan Italia juga merosot lebih dari 4,5 persen.
Pasar saham di Yunani sudah ditutup kemarin, tapi perwakilan AS untuk ekuitas Yunani yaitu FTSE Yunani 20 ETF (GREK) tercatat jatuh sampai 19 persen.
Bank-bank dan pasar saham di Yunani akan ditutup sampai 7 Juli setelah Perdana Menteri (PM) Yunani, Alexis Tsipras memotong perundingan terakhir dengan para kreditur hari Sabtu (27/6/2015).
PM Yunani Alexis Tsipras malah mengumumkan referendum bagi warga Yunani pada 5 Juli untuk memutuskan akan menerima atau menolak dana talangan dari kreditur. Referendum itu membawa konsekuensi tidak pasti bagi masa depan Yunani dalam zona Euro, bahkan Uni Eropa.
Para pemimpin Eropa memberi peringatan kepada warga Yunani, bahwa memilih “tidak” dalam referendum hari Minggu berarti memilih meninggalkan zona Euro. Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker secara pribadi merasa dikhianati. Menurutnya, pilihan “tidak” dari warga Yunani bisa dianggap sebagai sinyal keluar dari zona Euro.
“Saya akan katakan kepada bangsa Yunani, yang saya sangat cintai, Anda tidak harus bunuh diri karena Anda takut akan kematian,” kata Jean-Claude Juncker dalam konferensi pers, kemarin.
Meskipun bersikap kasar sepanjang minggu lalu, para kreditur dari Eropa mengatakan pintu negosiasi tetap terbuka. Presiden Prancis Francois Hollande meminta Alexis Tsipras untuk kembali ke meja perundingan. Sedangkan, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan siap mengulang pembicaraan dengan Athena setelah referendum, termasuk cara meringankan utang negara yang terancam bangkrut itu.
“Ini demokrasi, ini hak warga Yunani untuk memutuskan yang mereka inginkan untuk masa depan mereka. Hal yang dipertaruhkan adalah Yunani ingin tetap berada di zona Euro atau memilih resiko pergi,” kata Presiden Prancis Francois Hollande di Paris.
Yunani diperkirakan tidak mampu membayar utang kepada IMF sebesar 1,6 miliar Euro atau setara dengan US$ 1,8 miliar yang jatuh tempo hari Selasa (30/6/2015).
Jika Yunani mengalami gagal bayar (default), maka akan menjadi default terbesar sepanjang sejarah sebuah negara. Utang Yunani sendiri secara keseluruhan mencapai 323 miliar Euro atau setara dengan US$ 360 miliar.
Di Yunani, sekitar 17.000 warga berdemonstrasi dan mengambil alih jalan-jalan di Athena dan Tesalonika hari Senin (29/6/2015) sambil meneriakan “tidak” untuk referendum hari Minggu (28/6/2015), yang artinya memilih menolak menerima dana talangan dari para kreditur. Mereka menuduh para kreditur internasional melakukan pemerasan.
“Warga Yunani telah membuat banyak pengorbanan. Apa yang menarik bagi saya bukanlah Euro tapi jaminan akan cara hidup yang bermartabat bagi generasi-generasi selanjutnya,” kata seorang pengangguran berusia 50 tahun, Vanguelis Tseres, yang telah mengalami PHK sejak awal krisis Yunani pada 2010. (reuters/afp/cnn)